Advertisement
Kota Pekalongan kaya akan peninggalan sejarah. Mulai dari budaya, sampai dengan bangunan-bangunan kuno atau karya arsitektur lainnya, yang dibangun pada masa penjajahan dulu. Sebagian besar dari peninggalan sejarah itu, yang dikenal dengan istilah ‘heritage’, terdapat di kawasan Jetayu, Kota Pekalongan.
Cerita sejarah di balik berbagai bangunan di kawasan heritage Kota Pekalongan inilah, yang ingin diketahui oleh peserta kegiatan ‘Bukan Jalan-Jalan Biasa’ yang digelar komunitas Akademi Berbagi (Akber) Pekalongan, Relawan Indonesia Berinovasi, Pekalongan Heritage, dan komunitas lainnya Minggu (6/10) pagi.
Peserta yang bergabung dalam ‘Bukan Jalan-jalan Biasa’ dengan tema ‘Pekalongan Heritage’ kemarin, beragam. Mulai anggota komunitas Akber Pekalongan, Pekalongan Heritage, Pekalongan Sketcher, FKH Kota Pekalongan, NU Peduli Lingkungan, dan lainnya. Mereka bersatu dalam wadah Relawan Indonesia Berinovasi Kota Pekalongan.
Di setiap lokasi tujuan jalan-jalan pagi itu, para peserta yang rata-rata anak muda, mendapat pemaparan tentang cerita di balik masing-masing bangunan yang ditemui dari pengamat sejarah Kota Pekalongan, sekaligus salah seorang penggagas komunitas ‘Pekalongan Heritage’, Arif Dirhamzah (Dirham).
Usai berkumpul di depan Kantor Pos Pekalongan di Jalan Merak, sekira pukul 08.00, rombongan mulai berjalan ke lapangan Jetayu. Mereka berjalan sambil terus mengajak warga yang ada di sekitar Lapangan Jetayu untuk turut bergabung.
Berangsur-angsur, jumlah peserta dalam rombongan bertambah. Hingga mencapai 30-an orang. Mereka yang semula belum saling kenal, akhirnya berkenalan satu sama lain. Jadilah kegiatan itu semacam kelompok belajar yang sedang mengikuti pelajaran sejarah, namun dilaukan di luar kelas.
Koordinator Akber Pekalongan, Triaz Wahyu Arditya, menjelaskan bahwa kegiatan itu sebagai satu cara untuk mengenalkan sejarah ke generasi muda. “Sambil jalan-jalan, kita belajar bareng tentang peninggalan sejarah di Kota Pekalongan yang ada di kawasan budaya Jetayu,” ujarnya.
“Nantinya, dokumentasi berupa tulisan, foto, maupu gambar-gambar dalam kegiatan ini akan kita masukkan dalam buku tentang Pekalongan,” sambungnya.
Lokasi pertama yang menjadi tujuan Akberians (sebutan bagi anggota komunitas Akber Pekalongan) adalah Museum Batik. Di sini, mereka mendapat penjelasan dari Dirham selaku narasumber tentang sejarah bangunan yang kini dipakai untuk Museum Batik.
Dirham menuturkan bahwa bangunan Museum Batik dibangun sekitar tahun 1900 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Mulanya, bangunan yang masih sangat terawat hingga sekarang itu digunakan sebagai kantor administrasi pabrik-pabrik gula dari wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan, Batang, hingga Kendal. “Kantor tersebut membawahi 12 pabrik gula,” katanya.
Kemudian pada saat penjajahan Jepang, bangunan itu dialihfungsikan untuk ‘Kampeitei’, semacam kantor pemerintahan Jepang. Pada saat zaman kemerdekaan, fungsi gedung tersebut kembali berganti-ganti. Antara lain sebagai kantor praja (pemerintahan), hingga Dinas Pendapatan Daerah, hingga Bappeda.
Selanjutnya, mulai 12 Juli 2006, secara resmi dipakai untuk Museum Batik. “Yang meresmikan Museum Batik ini adalah Bapak Presiden SBY, bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional, yang kebetulan dipusatkan di Kota Pekalongan,” bebernya.
inilah benteng pekalongan yang dibangun tahun 1753 (way hd/radarpekalongan)
oh ya untuk yang ingin gabung di akber pekalongan bisa follow Ikuti @akberpekalongan
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Cerita sejarah di balik berbagai bangunan di kawasan heritage Kota Pekalongan inilah, yang ingin diketahui oleh peserta kegiatan ‘Bukan Jalan-Jalan Biasa’ yang digelar komunitas Akademi Berbagi (Akber) Pekalongan, Relawan Indonesia Berinovasi, Pekalongan Heritage, dan komunitas lainnya Minggu (6/10) pagi.
Peserta yang bergabung dalam ‘Bukan Jalan-jalan Biasa’ dengan tema ‘Pekalongan Heritage’ kemarin, beragam. Mulai anggota komunitas Akber Pekalongan, Pekalongan Heritage, Pekalongan Sketcher, FKH Kota Pekalongan, NU Peduli Lingkungan, dan lainnya. Mereka bersatu dalam wadah Relawan Indonesia Berinovasi Kota Pekalongan.
Di setiap lokasi tujuan jalan-jalan pagi itu, para peserta yang rata-rata anak muda, mendapat pemaparan tentang cerita di balik masing-masing bangunan yang ditemui dari pengamat sejarah Kota Pekalongan, sekaligus salah seorang penggagas komunitas ‘Pekalongan Heritage’, Arif Dirhamzah (Dirham).
Usai berkumpul di depan Kantor Pos Pekalongan di Jalan Merak, sekira pukul 08.00, rombongan mulai berjalan ke lapangan Jetayu. Mereka berjalan sambil terus mengajak warga yang ada di sekitar Lapangan Jetayu untuk turut bergabung.
Berangsur-angsur, jumlah peserta dalam rombongan bertambah. Hingga mencapai 30-an orang. Mereka yang semula belum saling kenal, akhirnya berkenalan satu sama lain. Jadilah kegiatan itu semacam kelompok belajar yang sedang mengikuti pelajaran sejarah, namun dilaukan di luar kelas.
Koordinator Akber Pekalongan, Triaz Wahyu Arditya, menjelaskan bahwa kegiatan itu sebagai satu cara untuk mengenalkan sejarah ke generasi muda. “Sambil jalan-jalan, kita belajar bareng tentang peninggalan sejarah di Kota Pekalongan yang ada di kawasan budaya Jetayu,” ujarnya.
“Nantinya, dokumentasi berupa tulisan, foto, maupu gambar-gambar dalam kegiatan ini akan kita masukkan dalam buku tentang Pekalongan,” sambungnya.
Lokasi pertama yang menjadi tujuan Akberians (sebutan bagi anggota komunitas Akber Pekalongan) adalah Museum Batik. Di sini, mereka mendapat penjelasan dari Dirham selaku narasumber tentang sejarah bangunan yang kini dipakai untuk Museum Batik.
Dirham menuturkan bahwa bangunan Museum Batik dibangun sekitar tahun 1900 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Mulanya, bangunan yang masih sangat terawat hingga sekarang itu digunakan sebagai kantor administrasi pabrik-pabrik gula dari wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan, Batang, hingga Kendal. “Kantor tersebut membawahi 12 pabrik gula,” katanya.
Kemudian pada saat penjajahan Jepang, bangunan itu dialihfungsikan untuk ‘Kampeitei’, semacam kantor pemerintahan Jepang. Pada saat zaman kemerdekaan, fungsi gedung tersebut kembali berganti-ganti. Antara lain sebagai kantor praja (pemerintahan), hingga Dinas Pendapatan Daerah, hingga Bappeda.
Selanjutnya, mulai 12 Juli 2006, secara resmi dipakai untuk Museum Batik. “Yang meresmikan Museum Batik ini adalah Bapak Presiden SBY, bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional, yang kebetulan dipusatkan di Kota Pekalongan,” bebernya.
inilah benteng pekalongan yang dibangun tahun 1753 (way hd/radarpekalongan)
oh ya untuk yang ingin gabung di akber pekalongan bisa follow Ikuti @akberpekalongan
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
0 Response to "Terkesima Museum Batik, Benteng jadi Rutan, Pabrik Limun Pertama, sampai Tugu Nol KM Pekalongan"
Posting Komentar