Puisi Untuk Pekalongan Tragedi Dari Kebon rojo

Advertisement
Memandang patung monumen di hari senja
ingin menerawang ke masa purba
di tahun empat lima, bulan oktober hari ketiga
episode sejarah terjadi sudah
seperti yang telah diceritakan simbah :
tentang sepenggal revolusi lokal berdarah

Gema proklamasi dari pegangsaan
dibawa burung, angin serta gerbong kereta api
bagai embun teterkan kesejukan sukma
pelepas dahaga dari panasnya angkara
yang berpuluh bahkan beratus tahun renjana

Sang petinggi ingkar janji
rakyat mesti ambil alih dari kempetai
dengan aksi maupun kompromi
asal rakyat bersatu padu dalam damai

Pagi yang cerah massa datang dari berbagai arah
berjejer di Kebon Rojo melimpah ruah
sambut pemimpinnya berunding dengan gagah

Namun
dalam suasana perundingan, terdengar letusan tembakan
entah dari mana, entah oleh siapa
disusul berondongan mitraliur jepang meraung garang mencari mangsa

banyak yang berteriak kesakitan
semua geram, raga tak mampu melawan

ini bukan pertempuran kawan
tetapi pembantaian rakyat pekalongan

suasana mencekam, sepi dan sunyi
tiga puluh tujuh nyawa melayang
dua belas orang tergeletak, sekarat dan cacat

hai kawan, semangatmu takkan pernah hilang
tetap terpatri dihati anak negeri
yang selalu memaknai serta memberi arti
pada tulang-tulang yang mati
untuk dipersembahkan kepada bunda pertiwi
 
karya: Bambang Indriyanto
twitter: @BIndriyanto

depan monumen pekalongan jaman dulu (sekarang masjid syuhada)


9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

0 Response to "Puisi Untuk Pekalongan Tragedi Dari Kebon rojo"

Posting Komentar