Petung Kriono, Kanada nya Pekalongan

Advertisement
Pekalongan - Jarum jam pagi itu menunjukkan angka sembilan saat Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Pemasaran dan P3DN, Fauzi Aziz memberi komando agar rombongannya siap-siap. “Ayo, kita jalan biar kita lihat indahnya Kanada Pekalongan,” katanya.

Kanada Pekalongan yang dimaksud Fauzi Aziz adalah Petung Kriyono, Pekalongan yang berada persis di sisi utara dataran Pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Sudah sering Fauzi menceritakan keindahan Petung Kriyono, namun baru kali ini timnya yang terdiri dari tiga wartawan ibukota serta sejumlah stafnya mengadakan kunjungan ke Petung Kriono yang terletak di ketinggian 900-1.600 mdpl.

Dalam perjalanan ke Petung Kriono, harus melewati hutan dan beberapa perbukitan yang tidak berpenghuni. Kondisi jalan pun cukup terjal sehingga alat transportasi umum belum ada yang menuju ke sana kecuali mobil pickup yang berangkat dari Pasar Doro ke Petung Kriyono dan sebaliknya. Angkutan umum ini tidak menyediakan tempat duduk penumpang karena itu pengguna sarana transportasi pickup harus bersedia berdiri sepanjang jalan lebih kurang 23 km hingga tiba di tujuan.


TERLANTAR – Dua unit home stay, jungle house, di Desa Bulu ini terlihat terlantar tidak pernah disinggahi pelancong (tubasmedia.com/sabar hutasoit)


Untuk mencapai Kecamatan Petung Kriyono, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari pusat kota Pekalongan padahal jaraknya hanya sekitar 35 km. Ini terjadi karena kondisi infrastrukturnya tidak mendukung.

Tidak jarang kendaraan pribadi yang melintas membelah bukit demi bukit harus injak rem lalu ganti persneling untuk mendaki tanjakan yang terjal dan berbelok tajam. Karena itu, untuk mencapai Petung Kriono, pengemudi angkutan harus super hati-hati karena medannya sangat berbahaya.

Namun di celah kegamangan melintasi jalur-jalur terjal tersebut, pelancong mendapat hiburan sepanjang jalan dari kicauan burung beragam jenis serta suara satwa liar di hutan seperti suara burung rangkok, sriti dan elang jawa. Rasa lelah para pelancong pun akan segera sirna manakala memandang keindahan hutan yang masih perawan di sepanjang jalan menuju kecamatan Petung Kriyono. Belum lagi pemandangan air terjun yang menyejukkan dan aliran sungai yang airnya putih bening yang dapat menyegarkan mata.

Menurut informasi, di sepanjang hutan pinggir jalan raya yang menghubungkan Doro dengan Petung Kriono, ada berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang sudah jarang dijumpai di tempat lain seperti lutung, wo-wo, kijang, anis kembang, macan kumbang dan macan tutul. Melihat keragaman ini, tak heran jika Petung Kriyono berfungsi sebagai jantung dan paru-paru Jawa Tengah.

Pemerintah setempat sebenarnya sudah pernah memberi pelayanan kepada para pelancong dengan mendirikan dua unit rumah persinggahan (home stay) yang terletak di pinggir jalan atau di tengah hutan. Rencananya home stay ini akan digunakan pelancong setelah lelah berjalan-jalan menikmati pemandangan.

Namun kedua unit home stay, jungle house, di Desa Bulu ini terlihat telantar, tidak terawat dan sudah rusak. Menurut pengamatan TubasMedia.Com, home stay sudah tidak diperhatikan lagi, semak belukar sudah merambah bangunan tersebut, atap dan dinding serta daun pintunya sudah tidak sempurna lagi. Barangkali penempatan bangunan itu tidak tepat di tengah hutan sehingga tidak ada pelancong yang berani menghuninya, khawatir ada binatang liar atau sejenisnya.

“Padahal kalau dikelola dengan baik dan serius, ekowisata di Petung Krino akan menjadi tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan domestik dan juga wisatawan asing,” begitu kata Fauzi saat rombongan tiba di puncak Petung Kriono.

Udara bersih dan sehat yang jauh dari polusi dan tidak dicemari asap, lanjut Fauzi merupakan barang dagangan wisata yang laku dijual kepada wisatawan. Bahkan katanya, di Jepang dan di beberapa negara lainnya, desa yang keasrian dan kesejukannya tidak seindah Petung Kriono, sudah disulap menjadi ekowisata.

Untuk itu menurut Fauzi, pemerintah setempat bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat memugar rumah-rumah penduduk serta tetap mempertahankan keasriannya untuk dijadikan persinggahan wisatawan ber-ekowisata di Petung Kriono.

Ekowisata di Petung Kriyono sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak 2003 dengan harapan dapat melestarikan kekayaan alam sekaligus menyejahterakan masyarakat setempat yang secara ekonomi masih tergolong rendah.

Sebagai kawasan ekowisata, Petung Kriyono memberi banyak pilihan objek wisata alam seperti panorama pegunungan yang indah serta keragaman flora dan fauna. Pengunjung pun dapat mempelajari kehidupan sehari-hari masyarakat Petung Kriyono seperti menyadap aren, bertani dan lain-lain.

Sesuai data yang diperoleh TubasMedia.Com, luas Kecamatan Petung Kriyono 73,59 km2 atau 8,80 % dari luas Kabupaten Pekalongan. Secara administratif terbagi 9 desa, 37 dusun, 39 RW dan 90 RT. Sedangkan menurut topografi keseluruhan desa merupakan desa dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian 1.294 dpl. Jarak antara Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten 34 km.

Jumlah penduduk sekitar 12.312 jiwa dan sebagian besar bermata pencaharian bertani dan berkebun serta beternak. (sabar/tubasmedia)

9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

0 Response to "Petung Kriono, Kanada nya Pekalongan"

Posting Komentar